Pelajari Sejak Dini Cara Mendidik Anak

pexels.com

Setiap manusia pasti hidup dengan berproses, dari mulai dilahirkan hingga dewasa dan tua. Di dalam sains, proses tersebut disebut sebagai pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan proses yang terjadi pada fisik yang mana dapat dilihat dan dihitung, seperti tinggi badan, berat badan, dan berbagai pertumbuhan lainnya pada fisik yang menyesuaikan dengan usia. Sedangkan, perkembangan adalah proses yang terjadi pada intelektual, seperti contoh mulai mampu untuk berbicara dan berjalan pada balita, dan juga kelanjutan proses perkembangan lainnya secara bertahap yang menyeimbangkan usia juga. Masing-masing anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, tergantung bagaimana gen dan asuhan orang tuanya.

Pada pertumbuhan, kaitannya lebih kepada asupan makan sang anak. Apabila orang tua mampu untuk memberikan asupan makan yang benar, maka anak dapat tumbuh dengan normal. Selama proses pertumbuhan, orang tua dapat mengontrol dari jarak jauh untuk asupan makan sang anak, artinya dapat digantikan oleh orang lain seperti pengasuh anak. Sedangkan, untuk perkembangan maka kaitannya lebih kepada didikan yang diberikan oleh orang tua, baik dari sang ayah maupun sang ibu. Apabila orang tua salah dalam mendidik anak, maka dapat dipastikan intelektual sang anak tidak berkembang dengan baik, dan akan menjadi ancaman yang buruk bagi si anak di masa depan.

Berbeda dengan pertumbuhan yang dapat dikontrol oleh orang tua dari jarak jauh, untuk perkembangan justru orang tua harus terjun langsung dalam mengawasi perkembangan sang anak. Karena peran orang tua lah yang paling dibutuhkan selama anak dalam proses perkembangan. Ketika orang tua mengawasi perkembangan anak, maka nantinya secara alamiah atau tanpa disadari, mereka juga sekaligus mengontrol pertumbuhan sang anak. Oleh karna itu, utamanya sangat penting untuk orang tua mengetahui cara mendidik anak yang tepat, agar dapat menjadikan sang anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

pexels.com

Ciri-ciri Anak Tidak Mendapat Didikan yang Baik dari Orang Tua

Orang tua yang tidak mengetahui cara mendidik anak maka harus siap menghadapi ciri-ciri atau sifat tidak baik yang muncul dari diri sang anak.

Berikut contoh-contohnya, yang mana dapat dijadikan pelajaran  ataupun pengetahuan bagi para orang tua agar tidak menjadi berkelanjutan di masa depan.

  • Manja

Sifat anak yang manja adalah salah satu ciri bahwa orang tua tidak berhasil dalam mendidik sang anak. Mengapa demikian? Karena jika sang anak memiliki sifat manja, artinya dia tidak dididik untuk belajar mandiri, segala sesuatunya mudah dia dapatkan tanpa ada usaha terlebih dahulu. Seharusnya, sebagai orang tua mampu untuk mendidik sang anak agar menjadi mandiri. Sebagai contoh, anak diajak untuk membereskan mainannya setelah dia selesai bermain, atau dapat juga dengan mengajari untuk menaruh sandal ke dalam rak apabila dia sudah memakainya. Mendidik anak agar mandiri, dapat juga dengan memberikan dia tugas lalu setelahnya memberikan dia hadiah, agar sang anak mengerti bahwa  tidak semua keinginannya dapat diperoleh dengan mudah. Sifat manja tentu wajar untuk dimiliki setiap anak, karna banyak hal yang mereka belum bisa atau berani untuk melakukannya sendiri, mereka masih selalu ingin dibantu dan ditemani oleh orang tua ataupun orang lain. Namun, jika dibiarkan terus-menerus maka akan menjadikan anak selalu bergantung hingga dia dewasa. Akan ada banyak hal yang harus dia jalani di masa depan nantinya, dengan sifatnya yang manja atau tidak mandiri tersebut maka akan mempersulit dirinya sendiri bahkan juga oran tua ataupun orang lain. Maka, sebisa mungkin orang tua harus mendidik anak agar tidak manja dan menjadi mandiri.

  • Egois

Anak yang memiliki sifat egois juga kaitannya dengan sifat manja di atas, adanya sifat egois pada anak tentu saja yang juga merupakan kesalahan orang tua dalam mendidik. Jika sang anak sudah memiliki sifat manja, maka secara bersamaan juga dia memiliki sifat egois atau ingin menang sendiri. Karena setiap yang diinginkan sang anak selalu dipenuhi dengan mudah oleh orang tua, maka akan menjadikan anak akan merasa selalu ingin menang untuk segala hal. Selain itu, timbulnya sifat egois pada anak juga dapat disebabkan oleh perlakuan dari orang tua yang salah, seperti contoh ketika sang anak terjatuh dan menangis, orang tua justru memukul lantai dan mencacinya agar sang anak tenang,  padahal sudah jelas bahwa lantai adalah benda mati yang sangat aneh untuk disalahkan. Hal-hal seperti itulah yang menjadikan anak semakin memiliki sifat egois. Adanya sifat ini tentu sangat berbahaya bagi kehidupan sang anak di masa depan. Di lingkungan sekolah maka anak sulit untuk mendapatkan teman, begitupun ketika sudah dewasa dan bekerja, maka anak akan sulit untuk mendapat pekerjaan yang sesuai.

  • Pemarah

Pada sifat kali ini, kaitannya dengan sifat orang tua itu sendiri. Dimana orang tua memiliki sifat pemarah dan selalu memarahi anak ketika anak melakukan kesalahan sekalipun kesalahan itu kecil. Tidak sedikit orang tua yang memperlakukan anak seolah sang anak sudah mampu berpikir dengan baik antara  perbuatan yang salah ataupun benar. Sebagai contoh, ketika sang anak mencoret-coret tembok, seharusnya orang tua  justru bukan  memarahi sang anak karena kesalahannya tersebut. Karena anak sama sekali belum tahu bahwa yang dia lakukan itu salah, dia hanya mengekspresikan kreativitasnya walaupun tidak pada tempatnya. Jika anak sering dimarahi oleh orang tua, maka lama kelamaan sang anak juga akan jadi pemarah. Sifat tidak baik yang ditularkan oleh orang tuanya tersebut akan terus melekat hingga dia dewasa.

  • Berkata Kasar

Anak yang pemarah biasanya secara otomatis juga gemar berkata kasar. Dia tidak segan untuk mengeluarkan kata-kata kasar bahkan yang tidak senonoh. Untuk ciri ini, dapat terjadi karena ditularkan dari orang tua yang juga gemar berkata kasar, namun juga dapat terjadi karena orang tua yang tidak benar dalam menempatkan anak pada suatu lingkungan. Apabila hal itu terjadi, tentu pernyebab utamaya adalah orang tua itu sendiri yang tidak mampu mendidik dan mengarahkan anaknya pada hal yang baik. Kemungkinan terburuknya ketika anak sudah besar nanti, adalah dia akan gemar mencela orang lain dengan berbagai kalimat kasar yang menyakitkan orang lain, bahkan lebih parahnya lagi anak justru merasa bangga dengan perkataan kasarnya tersebut.

  • Pembohong

Jangan salahkan anak jika dia ketahuan berbohong, justru orang tua patut intropeksi diri. Pasti ada banyak hal yang sudah dilakukan orang tua demi menenangkan sang anak ketika dia menangis atau rewel. Namun, belum tentu yang orang tua lakukan itu benar meskipun telah berhasil menenangkan sang anak. Karena orang tua biasanya melakukan perkataan yang menipu kepada sang anak, seperti contoh, orang tua berusaha menenangkan anak yang menangis dengan memberi peringatan apabila sang anak tidak berhenti menangis maka akan digigit kucing, karna takut maka sang anak akan perlahan berhenti menangis. Padahal saat itu tidak ada kucing, sekalipun ada sudah jelas bahwa kucing tidak akan menggigit. Nah, setelah anak semakin tumbuh dan mengerti bahwa yang dilakukan orang tuanya adalah kebohongan semata, maka akan menjadi ilmu baru bagi anak untuk juga melakukan kebohongan. Akibatnya, anak akan gemar berbohong untuk berbagai hal hingga dia dewasa.

pexels.com
  • Penakut

Selain menjadi pembohong, cara orang tua yang gemar menakut-nakuti anak demi agar si anak mau mengikuti perintah orang tua tersebut adalah akan menjadikan anak juga memiliki sifat penakut. Anak yang terbiasa mendapat ancaman atau ditakut-takuti, maka dia akan merasa selalu terancam atau tidak aman pada berbagai hal. Timbulnya sifat itu juga, bisa dikarenakan oang tua yang selalu menghalangi aktivitas anak dengan berkata “jangan”, contohnya adalah “Jangan keluar, nanti ada culik!” atau “Jangan berdiri di sana, nanti jatuh!” dsb. Kata-kata tersebut sangat berpengaruh bagi sang anak, mereka jadi merasa selalu teancam dan tidak mampu bergerak bebas. Hingga akhirnya sang anak menjadi seorang yang penakut.

  • Pelit

Apabila anak tidak pernah diajari untuk saling berbagi maka akan menjadikan sang anak memiliki sifat yang pelit. Dia akan merasa bahwa apapun yang dimiliknya tidak patut untuk dimiliki oleh orang lain, bahkan walau hanya sekedar dipinjam. Timbulnya sifat ini, tentu karena orang tua yang tidak memberikan didikan untuk saling berbagi kepada satu sama lain. Tentu bukan hal yang baik jika sifat ini terus melekat pada anak, dan membawanya menjadi seseorang yang pelit di masa depan.

  • Anti Sosial

Tidak jarang jika saat ini banyak orang yang anti sosil, baik anak-anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang anti sosial disebabkan oleh orang tuanya yang juga anti sosial. Orang tua gemar berada di dalam rumah dan berkutat dengan gadget, yang akhirnya anak tidak diajak untuk melihat lingkungan sekitar untuk memperkenalkan agar bersosialisasi. Jadi, dapat dikatakan apabila orang tua tidak gemar besosialisasi maka secara otomatis hal itu juga yang akan terjadi pada anak hingga dewasa kelak. Memiliki sifat yang enggan besosialisasi atau anti sosial tentu sangat membahayakan, karna sudah jadi fitrah bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri yang mana artinya membutuhkan orang lain.

  • Boros

Sifat boros dapat timbul tanpa disadari oleh orang tua. Alamiahnya sifat ini terjadi atas perlakuan orang tua pada anak. Sebagai contoh, anak dibiarkan makan berbagai makanan dalam waktu yang bersamaan yang akhirnya makanan tidak dihabiskan oleh sang anak. Contoh lain adalah anak terbiasa dibelikan baju baru, meskipun baju yang sudah ada masih banyak dan bagus. Pada akhirnya, anak memiliki sifat boros yang mana tidak memperhitungkan apa yang dia miliki, sementara keinginannya terus bertambah. Orang tua yang tidak sadar akan hal ini, artinya tidak mampu mengontrol keinginan anak dengan benar. Akibatnya, sifat boros ini akan terbawa hingga di masa depan, yang sudah pasti akan merugikan sang anak.

Itulah beberapa ciri atau sifat anak yang mendapatkan didikan tidak baik dari orang tuanya. Agar hal-hal buruk diatas tidak terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya sebagai orang tua harus mengetahui bagaimana dalam mendidik sang anak dengan baik dan benar.

pexels.com

Kiat-kiat Penting Cara Mendidik Anak

Penting sekali untuk mempelajari sejak dini cara mendidik anak, karena sudah siklusnya bahwa hampir setiap orang akan memiliki anak dan menjadi orang tua. Apabila kita sudah memiliki ilmu yang cukup dalam mendidik anak, maka hal itu akan mempermudah ketika kelak kita menjadi orang tua. Karena, tentunya setiap orang tua ingin memiliki anak yang baik akhlak dan perbuatannya, serta cerdas pula intelektualnya. Dengan mengetahui cara mendidik anak sejak dini, juga artinya kita sudah membantu mempersiapkan anak bangsa yang baik bagi negara. Karena mereka lah yang nantinya akan menjadi generasi baru di negara ini, dan mereka juga yang akan menentukan yang terjadi pada bangsa ini di masa depan. Nah, artinya efek yang timbul dari pengetahuan dalam mendidik anak adalah sangat besar, yang mana bukan hanya kebaikan bagi sang anak, orang tua, namun juga bagi bangsa dan negara. Oleh karna itu, baik sang ayah maupun sang ibu harus melakukan persiapan sebaik mungkin sebelum memiliki anak. Bahkan ketika seorang ibu hendak melahirkan, ada doa kelahiran anak yang patut dibaca oleh sang suami, yaitu ada pada QS. Al-A’raf ayat 54, yang mana maknanya adalah hanya Allah lah yang menciptakan segala yang ada di dunia ini, termasuk juga manusia dan hanya kepadaNya kita berserah. Artinya anak yang kelak lahir adalah semua atas izin Allah, dan segala sesuatunya yang memang berasal dariNya tentulah baik. Maka, dari do’a tersebut sudah bisa menjadi satu pelajaran bagi orang tua untuk tetap menjadikan makhluk ciptaanNya baik, yaitu termasuk sang anak. Pada akhirnya, kewajiban orang tua lah untuk membesarkan anak dengan sebaik-baiknya. Hal itu tentu kaitannya dengan cara mendidik anak, bukan? Lalu apa saja yang harus dipelajari dalam mendidik anak yang baik dan benar?

Berikut beberapa ulasannya.

  • Memberikan Contoh yang Baik

Orang tua merupakan orang pertama yang dijumpai sang anak, bahkan  akan terus dijumpainya setipa waktu terutama sang Ibu. Dengan begitu, apapun yang dilakukan orang tua akan juga disaksikan sang anak dan menjadi contoh bagi sang anak itu sendiri. Dimana itulah kesempatan bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik pada anak agar menjadi kebiasaan hingga kelak dia dewasa. Contohnya adalah, membereskan bekas makanan setelah makan, membersihkan lantai yang kotor, dsb. Jangan pernah menunjukkan hal yang tidak baik di depan anak, seperti membuang sampah sembarangan, makan dengan tangan kiri, dsb. Karena, tanpa disadari hal itu sudah direkam oleh sang anak, yang mana kelak akan ditiru oleh mereka. Oleh karena itu, gunakan kesempatan masa anak yang sedang meniru tersebut dengan baik, yaitu dengan cara menunjukkan atau memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari diri kita, yang mana nantinya akan menjadi kebiasaan juga bagi sang anak hingga dewasa.

  • Berbicara dengan Nada yang Rendah

Tentu banyak dari kita sering tidak sengaja berbicara dengan nada yang tinggi terlebih jika sedang dalam amarah. Apabila hal itu terbawa dalam kita mendidik anak, tentu akan berdampak buruk bagi si anak. Psikisnya bisa saja terganggu, dan akan timbul sifat-sifat yang tidak baik. Oleh karena itu, kita harus berlatih untuk sebisa mungkin tidak berbicara dengan nada tinggi kepada anak, sekalipun kita sedang kesal akibat ulah perbuatan sang anak. Perkataan apapun yang terlontar dari mulut kita harus yang baik-baik dan juga disampaikan dengan nada yang rendah, meskipun kita sedang menegur sang anak karena sudah melakukan kesalahan. Dengan begitu, anak juga akan merespon dengan berkata yang baik dan tidak dengan nada tinggi atau teriak, kelak ketika dewasa sang anak mampu menjadi seseorang yang bijak dalam berkata.

  • Tidak Membanding-bandingkan Anak

Setiap anak terlahir berbeda-beda, kita tidak boleh membandingkan anak kita dengan anak lainnya, terlebih jika kita mengatakannya di depan sang anak. Apabila kita merasa ada yang kurang dari sang anak, justru tugas kitalah sebagai orang tua untuk memperbaikinya. Dengan membanding-bandingkan anak kita dengan anak lainnya, justru akan membuat sang anak berkecil hati atau minder. Akibatnya, anak jadi enggan untuk bersosialisasi karna merasa dirinya berbeda, dan tentu saja juga akan berdampak buruk bagi sang anak di masa depan.Maka, yang harusnya orang tua lakukan adalah mendukung dan mengapresiasi apapun yang telah dicapai oleh sang anak sekalipun masih terbilang kurang. Hal itu, akan menjadikan anak termotivasi dan ingin melakukan yang lebih baik lagi.

  • Mengajak Anak Bersosialisasi

Sebagaimana fitrah manusia yang merupakan makhluk sosial, artinya setiap manusia itu saling membutuhkan. Hal itulah yang harus ditanamkan orang tua kepada anak sejak kecil. Orang tua harus membiasakan anak untuk berbaur dan peduli pada lingkunga sekitarnya. Selain mengajak mereka untuk berteman dan menyesuaikan diri pada lingkungan, anak juga diajarkan untuk saling berbagi, tanamkan pada diri anak bahwa berbagi itu adalah hal yang menyenangkan. Sehingganya, ketika sang anak sudah besar dan berada di lingkungan manapun, maka dia sudah terbiasa untuk brsosialisasi dan berbagi. Namun, pastikan bahwa lingkungan yang diperkenalkan kepada anak adalah lingkungan yang baik dan membangun. Jangan sampai anak masuk ke dalam lingkungan yang buruk, yang akhirnya kepribadian yang sudah dibentuk dengan baik oleh orang tua di dalam rumah justru menjadi terkontaminasi ketika berada di lingkungan yang tidak baik tersebut.

pexels.com
  • Memperkenalkan Buku Bacaan yang Baik

Kita pasti sudah sering mendengar kalimat bahwa buku adalah jendela dunia, yang artinya kita harus membiasakan diri untuk membaca agar mempunyai wawasan yang luas. Itulah yang juga harus kita tanamkan kepada anak, mengingat di era ini sudah banyak orang yang enggan membaca buku karna asyik dengan gadget. Sebisa mungkin ketika kecil, anak harus dihindarkan dari gadget, biarkan mereka mengetahui banyak hal dari membaca, disamping itu mampu melatih mereka untuk lancar membaca dan berbicara. Kelak ketika sudah besar, anak akan dengan sendirinya mampu menggunakan gadget, namun jika sejak kecil anak dibiasakan menggunakannya dan mengabaikan membaca buku, maka belum tentu ketika besar anak bisa membaca dan berbicara dengan baik dan benar. Namun, perlu dipastikan bahwa bacaan yang diberikan adalah bacaan yang baik dan membangun bagi sang anak, seperti kisah Nabi dan Rasul, atau mengenai hewan serta tumbuhan, dsb. Sekalipun anak belum bisa membaca, orang tua harus sudah membiasakan anak melihat buku bacaan dan membacakannya untung sang anak.

  • Menunjukkan Rasa Kasih Sayang

Tidak sedikit orang tua yang enggan untuk menunjukkan rasa kasih sayang dengan perlakuan ataupun kata-kata. Walaupun sudah pasti setiap orang tentulah menyayangi anak-anaknya. Namun, mereka terkadang merasa tidak perlu untuk menunjukkan hal tersebut, pasalnya mereka merasa dengan mengurusi sang anak setiap harinya juga adalah bentuk kasih sayang. Tentu hal itu tidak benar, karena tanpa kita sadari sebenarnya anak membutuhkan sentuhan penuh kasih sayang dari orang tuanya, seperti berupa pelukan ketika mereka berhasil mencapai suatu hal, atau kecupan di kening ketika sang anak hendak tidur sembari mengingatkannya untuk berdo’a dan sekaligus kita juga bisa mengungkapkan kata-kata betapa kita menyayangi sang anak serta berharap dia bisa tumbuh menjadi anak yang sholeh ataupun sholelah. Kebiasaan-kebiasaan semacam itu, nantinya akan menjadikan anak tumbuh percaya diri dan penyayang kepada siapa saja yang utamanya kepada kedua orang tuanya. Mereka akan merasa bahwa mereka benar-benar berharga bagi kedua orang tuanya, dan secara tidak langsung termotivasi agar bisa memberikan segala yang terbaik untuk orang tuanya.

Demikianlah ulasan berupa kiat-kiat penting yang harus diketahui dalam mendidik anak. Jangan sampai kita salah dalam mendidik anak yang mana akhirnya menjadikan anak memiliki sifat yang tidak baik seperti di jelaskan sebelumya. Bagi orang tua yang sudah memiliki anak, semoga mampu menjadi pelajaran ataupun pengetahuan tambahan untuk medidik anak kedepannya. Sementara bagi yang akan menjadi orang tua, semoga dapat dijadikan pengetahuan baru dan acuan apabila memiliki anak kelak.